Suatu hari seorang dokter dipanggil untuk menangani suatu kasus yang tidak biasa. Pasiennya adalah seorang gadis berusia 17 tahun. Ketika ditemui, gadis itu sedang berbaring di sebuah sofa di dalam ruangan yang penuh hiasan dan diperindah dengan permadani sutra yang cantik. Tapi wajah gadis itu tampak sedih dan pucat, sangat bertolak belakang dengan kondisi ruangannya.
Mata gadis itu setengah tertutup, kepalanya menunduk, dan kulitnya sepucat patung pualam. Tak terhitung jumlah dokter yang sudah dipanggil untuk memeriksa kondisi si gadis, tapi mereka tidak mampu mengdiagnosis keadaannya sehingga menyimpulkan bahwa dia mengalami gangguan psikosomatis.
Sekilas dokter itu menyadari masalah yang dialami gadis itu. Ia tampak menderita di dalam "sangkarnya yang mewah", seperti seseorang yang terpenjara, karena ia tidak tahu apa rasanya berada di luar menghirup udara segar dan memberikan kebahagiaan kepada mereka yang membutuhkan. Dokter itu pun meminta si gadis supaya bersiap-siap menemaninya pergi ke luar.
"Pergi dengan dokter. Ke mana?" tanya gadis itu.
Dengan suara rendah, dokter itu berkata, "Itu rahasia. Saya cuma bisa bilang kalau ini demi kebaikanmu."
Gadis itu pun bersiap-siap dan si dokter mengajaknya ke tempat tinggal kaum miskin. Mereka membawa serta banyak bantuan berupa uang dan barang lainnya.
Di rumah pertama yang mereka kunjungi, si dokter harus membantu gadis itu menjaga keseimbangan selagi melangkahkan kakinya.
Menuju rumah kedua, gadis itu berjalan mendahului si dokter. Di rumah ketiga, gadis itu malah berlari-lari. Ketika anak-anak mencium tangannya dan ibu-ibu miskin berterima kasih padanya, si gadis menangis bahagia.
Kunjungan itu terasa terlalu pendek bagi gadis itu. Sejak saat itu, tiap hari si gadis mencari orang-orang yang bisa dibantunya dan membuatnya bahagia.
Lama-kelamaan kesehatan gadis itu mulai membaik. Ia merasakan kebahagiaan dan kesenangan, bukan di rumahnya yang mewah melainkan di gubuk-gubuk reyot yang menjadi tempat tinggal kaum papa.
Seperti yang dialami gadis dalam kisah ini, kebahagiaan yang kita berikan dengan tulus kepada orang lain juga akan kembali pada kita. Dengan membahagiakan orang lain, kita pun akan turut merasa bahagia.
0 comments: